Enchantress udah mati dibunuh sama Harley dan kawan-kawan. Mereka kembali ke penjara seperti dulu lagi. Emang sih, punya misi untuk membunuh orang-orang jahat banyak itu susah dan melelahkan banget. Apalagi targetnya Sang Ratu Enchantress yang kekuatannya luar biasa. Tapi, habis kembali ke penjara baru kerasa kangen sama teman-teman satu squad dan perjalanannya. Mau tau perjalanan Harley Quinn dan Joker yang selanjutnya? Penasaran?
Harley duduk dan menikmati secangkir espresso hangat yang lezat. Merenungi nasibnya yang ditinggal Joker dan dikurung di kamar kecil kumuh asalnya itu. Penjara. Bosan dan menyedihkan rasanya sampai beberapa penjaga penjara itu tertembak mati. Apakah Enchantress telah kembali? Apakah targetnya sekarang aku? Pikirnya. Tapi itu bukanlah Enchantress. Itu... seorang pria. Pria yang gagah dan gila pastinya. Tapi Harley begitu penasaran siapakah pria itu. Orang baik atau jahat? Sampai semua penjaga penjara mati tertembak, barulah ia membuka topengnya itu. Dia Joker!
"Puddin!" seru Harley.
"Marilah pulang" bisik Joker
Pasangan itu pun pulang kembali ke tempat asalnya dan terkenal lagi sebagai The King and Queen of Gotham City. Menginjakkan kaki di rumah asalnya, rasanya sungguh legah bagi Harley.
"Jadi bagaimana pembunuhan Enchantress itu?" tanya sang suami tercinta.
"Seru. Bagian yang paling kusukai adalah ketika Enchantress membuat imajinasi di otak kami! Aku membayangkan kita yang bahagia sedang mengasuh anak-anak kita." jawabnya.
"Oh ya? Emangnya tampang anak kita gimana? Mirip sama aku? Atau kamu?"
"Mirip dengan kita berdua. Tapi, anehnya, di sana kita itu waras loh! Ga seperti kita yang gila gini."
"Apa yang salah dengan ekspresiku?" tanya Harley balik.
"Sudahlah, lupakan. By the way, aku mau kasi tau kamu tentang rencana aku." Ucap Joker.
"Apa?"
"Aku ingin kita pindah ke tempat lain yang jauh dari sini. Aku ingin kita bisa hidup seenak kita tanpa gangguan dari penjara" Kata Joker yang mengejutkan Harley.
"Aku mau! Aku ingin kita kembali menjadi manusia normal lagi seperti dulu dan punya anak. Seperti bayangan yang diberikan Enchantress itu loh." Harley yang penuh antusias seketika terdiam karena jawaban Joker yang tak ingin didengarnya.
"Apa? Apa kau pikir selama ini aku main-main? Apa memang kau tak cinta kepada ku?"
"Bukan seperti itu. Aku hanya rindu sama masa lalu aku yang waras. Dan justru karena aku cinta sama kamu, Joker, aku mau kamu merasakan betapa indahnya hidup waras. Aku capek hidup gak waras dan terus-terusan dikejar pihak penjara." Balas Harley yang tak kalah ketus. Seketika Joker diam dan menatap Harley dengan pandangan tajam. Begitu tajam dan perih, setajam anak panah. Ditamparnya wajah perempuan yang ia cintai itu. "Sadarlah Harley!" serunya.
"Aku sadar. Kalau memang kamu mau tetap menjadi orang gila, aku sudah tak keberatan. Jadi aja sana orang gila! Aku mau hidup waras." Kata-kata yang keluar dari mulut wanita itu sungguh tak dapat diperkirakan oleh Joker. Harley sendiri tidak waras. Tetapi, mengapa dia berbicara seperti dia itu waras?
"I'm leaving" Dua kata yang terjatuh dari mulut Harley, sang kecintaan. Sangat sederhana tetapi meyakitkan. Joker hanya bisa memandang wanita yang dicintainya itu beranjak keluar dari rumah mereka dengan penuh rasa kecewa dan penyesalan. Namun, di sisi lain, Joker tak ingin menjadi manusia waras. Sungguh tidak!
-----------------
Butir-butir air mata jatuh ke pipi Harley. Rasa sakit menusuk dadanya. Penuh penyesalan. Perlahan ia melepaskan kepangan rambutnya dan menghapus make up-nya. Ia berkata pada dirinya sendiri bahwa ia harus kuat. Inilah pilihan yang telah ia tempuh. Meninggalkan Joker dan menjalani hidup baru yang waras. Tetapi, ada keganjalan yang tak bisa ia hapuskan dari hatinya. Rasanya berbekas dalam sekali. Ia sadar keganjalan itu adalah suami tercintanya, Joker. Ia tak bisa hidup tanpa Joker. Joker lah yang telah menjawab pertanyaannya akan apa itu cinta. Joker lah patah hati terbaiknya. Namun, sekarang ia tak bisa berbuat apa-apa. Joker mengira Harley membencinya. Bahkan ia sendiri sudah membenci Harley. 'Andaikan dia tau rasa sakit kehilangan dirinya.'
"Harley." Nama Harley dipanggil. Tampaknya ada seorang pria gentle yang sedang menunggunya. Memang. Itu Joker. Harley tak nyangka Joker akan datang kemari. Rasa senang yang ia rasakan sekarang telah membalut semua kesedihan dan kekecewaan yang semula ia rasakan. Happy! Ia memeluk Joker dan menangis. Kali ini, menangis akan kegembiraan.
"Maafkan aku Harley, kita tak seharusnya begini. Aku mau kok hidup sebagai orang waras." Kata Joker.
"Benarkah?" Tanya Harley sungguh-sungguh.
"Iya. Apa pun pilihannya, aku tetap memilih bersama mu. Lagian, jadi orang waras tampak menyenangkan. Ayo ke Psikolog sekarang." Senyum Joker kini terlintas di wajahnya yang sudah bersih akan bedak dan coretan-coretan itu. Indahnya suasana pada siang hari itu, penuh kegembiraan. Anak-anak yang saling bermain, burung-burung yang berterbangan, kelayang yang terbaring di langit biru cerah, seakan menandai hidup Joker dan Harley yang bahagia.
THANKS FOR READING XX
Tidak ada komentar:
Posting Komentar